accestrade

Sunday 30 July 2017

Menelusur jejak Legenda wisata Gua Kreo di Semarang - "wisata semarang goa kreo"

Halo sobat traveler dan pecinta jalan-jalan, kali ini kami akan sedikit mengulas salah satu wisata yang sangat populer di semarang, dan legendaris. Wisata ini adalah wisata GOA KREO. 

Mengenal goa kreo

Goa Kreo adalah sebuah tempat wisata yang ada di Semarang. Kawasan Wisata Goa Kreo merupakan areal hutan seluas ± 5 hektar yang terletak di daerah perbukitan (Gunung Krincing ) dan lembah Sungai Kreo, tepatnya di Dukuh Talun Kacang Kelurahan Kandri Kecamatan Mijen.  Jarak lokasi sekitar ± 13 km dari bundaran Tugu Muda ke arah selatan.

Sejarah Goa Kreo 

wisata Gua Kreo di Semarang

wisata Gua Kreo di Semarang

wisata Gua Kreo di Semarang
Goa Kreo dipercaya sebagai petilasan Sunan Kalijaga saat mencari kayu jati untuk membangun Masjid Agung Demak. Menurut legenda Sunan Kalijaga bertemu dengan sekawanan kera yang kemudian disuruh menjaga kayu jati tersebut.
Kata "Kreo" berasal dari kata "Mangreho" yang berarti peliharalah atau jagalah. Obyek wisata Goa Kreo setiap hari mulai jam 6.00-18.00. Disekitar Goa Kreo terdapat hamparan sawah yang luas, tebing-tebing curam penuh pepohonan dan sungai jernih berbatu.
wisata Gua Kreo di Semarang
Ada dua hal yag menjadi daya tarik kawasan wisata ini. Pertama, goa yang menjadi sarang puluhan kera liar. i sini kita bisa menemukan puluhan kera yang berkeliaran secara bebas. Jika beruntung, pengunjung bisa melihat kera-kera liar namun jinak. Kedua, di kawasan ini juga terdapat air terjun kecil yang jernih. Pengunjung bisa bermain-main dan menikmati udara sejuk secara bebas. Sebuah pemandangan yang sulit di temui di kota besar.
wisata Gua Kreo di Semarang

wisata Gua Kreo di Semarang

Untuk mencapai mulut Goa, pengunjung harus melewati anak tangga yang cukup banyak dan curam. Disebelah Utara Goa Kreo terdapat air terjun yang berasal dari berbagai sumber mata air yang jernih dan tidak kering meski musim kemarau panjang. Disamping memiliki pemandangan yang indah Goa Kreo juga dilengkapi sarana-sarana lain seperti : tempat bermain anak seperti ayunan, papan luncur dll.

Tiket Masuk 

Harga tiket sangat bersahabat dikantong. Cukup dengan Rp 2500; /orang dan parkir kendaraan roda dua Rp 1000; dihari biasa, kalian dapat menikmati tempat ini. 

Akses 

Sebenarnya untuk menuju ke tempat ini cukup mudah. Gua Kreo tak jauh dari pusat kota Semarang. Kalian hanya perlu mengambil jalan menuju daerah sampangan (atau Sampokong) kalian sudah dapat menemukan petunjuk jalan ke arah Gua Kreo. 
Tak hanya menemukan Gua dan penghuninya (kera), disini teman-teman juga akan menemukan panorama Bendungan Jatibarang. Sepeti bendungan pada umumnya, keindahan riak air membaur dengan alam disekitarnya. Apalagi terlihat kera-kera liar yang berkeliaran di sekitar jembatan dibendungan ini. Maklum, sesuai sejarah, Gua Kreo memang dihuni oleh kera, jadi jangan heran jika kalian akan menemukan banyak kera disini. Mungkin bisa dijadikan pertimbangan, kalian harus berhati-hati jika membawa makanan, bisa-bisa makanan kalian “dijambret” kera-kera ini hehehe. Yap saya rasa cukup sekian sedikit curhatan tentang Gua Kreo. Termasuk tempat wisata alam yang recommended di Semarang. 

Legenda yang lainnya 

Konon Legenda Gua Kreo tak terpisahkan dengan legenda asal mula nama Jatingaleh, sebuah kelurahan di lereng Bukit Gombel, Kecamatan Candisari, Kota Semarang. Dikisahkan, dahulu seorang wali yang punya kemampuan lebih, seperti Sunan Kalijaga, dapat berkomunikasi dengan tumbuhan dan binatang. Bahkan, ada pula pohon-pohon yang dipercaya bisa berpindah tempat.
Menurut legenda, kayu jati yang akan digunakan sebagai salah satu saka guru Masjid Agung Demak, adalah potongan kayu dari pohon jati yang berada di lereng Bukit Gombel. Ajaibnya, sewaktu Sunan Kalijaga akan mengambil kayu jati di kawasan tersebut, ternyata pohon jati itu sudah tidak ada.
Sunan Kalijaga kemudian mencari ke mana pohon jati itu berpindah. Dia terus mencari sampai ke hutan yang saat ini dikenal sebagai kawasan Gua Kreo. Sedangkan tempat asal pohon jati itu kemudian diberi nama Jatingaleh (bahasa Jawa) yang artinya ”jati berpindah”.
Akhirnya Sunan Kalijaga menemukan kayu jati yang berpindah itu, tetapi berada di tempat yang sulit untuk diambil. Dia kemudian bersama di dekat sebuah gua, hingga datang empat ekor kera, masing-masing berbulu merah, kuning, putih, dan hitam. Kera-kera itu menyampaikan niat baik ingin membantu Sunan Kalijaga mengambil kayu jati yang diinginkan. Sunan Kalijaga menerima bantuan mereka dengan senang hati, akhirnya kayu jati itu berhasil diambil dari tempat yang sulit.
Saat Sunan Kalijaga dan sahabat-sahabatnya hendak membawa kayu jati itu ke Kerajaan Demak untuk dibuat saka guru Masjid Agung Demak, keempat kera itu menyatakan ingin ikut serta. Karena mereka bukan manusia, Sunan Kalijaga keberatan. Namun sebagai balas jasa, kera-kera itu mendapat anugerah kawasan hutan di sekitar gua. Mereka diberi kewenangan ngreho (bahasa Jawa) yang berarti ”memihara” atau ”menjaga”. Dari kata ngreho itulah nama Gua Kreo berasal, dan sejak itu kera-kera yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai pemelihara atau penjaga.
Sampai sekarang, Gua Kreo yang terletak di lereng Bukit Kreo, termasuk objek paling favorit yang didatangi pengunjung. Menurut Karyadi, kedalaman gua mencapai 25 meter. Sekitar 10 meter di sebelah kanan Gua Kreo, ada lagi sebuah gua bernama Gua Landak.
”Gua Landak kedalamannya 30 meter. Tapi gua ini dibuat oleh pengelola Gua Kreo, bukan petilasan Sunan Kalijaga,” kata Karyadi.
Bagi pengunjung yang punya nyali, banyak yang berani memasuki kedua gua itu hanya untuk berfoto-ria. Selanjutnya, kami melacak petilasan Sunan Kalijaga ke puncak Bukit Kreo yang berketinggian 350 meter di atas permukaan laut. Di situ terdapat monumen batu.
Monumen ini dibangun untuk menandai petilasan Sunan Kalijaga saat dia bersama sahabat-sahabatnya dan empat kera yang membantu, mengadakan acara selamatan dengan makan bersama, sebagai rasa syukur mereka telah berhasil mengambil kayu jati dari tempat yang sulit. Lauknya adalah sate kambing.
Seusai makan, tusuk-tusuk sate itu dibuang ke tanah hingga terdengar suara gemerincing. Tempat dibuangnya tusuk sate itu kemudian tumbuh serumpun bambu yang dinamakan bambu kerincing. Ajaibnya, batang bambu itu ketika dipatahkan tercium aroma daging kambing.

0 komentar:

Post a Comment