Sunday, 13 August 2017
Home »
» Komponen-komponen pesawat terbang
Komponen-komponen pesawat terbang
Sayap
Sebuah pesawat terbang memberikan gaya angkat yang dibutuhkan untuk
terbang. Gaya angkat terjadi oleh aliran udara dari bagian depan di
sekitar sayap. Kuncinya terletak pada bentuk dari sayap: yang melengkung
pada bagian atas dan relatif rata pada bagian bawah. Ini artinya aliran
udara yang melintas pada bagian atas berbeda dengan bagian bawah dari
sayap. Saat udara menerpa bagian atas sayap, menyebabkan aliran melintas
menjauhi sayap.Karena bentuk lengkungan pada sayap pada bagian atas
menyebabkan daerah tekanan rendah tercipta. Perbedaan tekanan bagian
atas dan bagian bawah akan menciptakan gaya angkat pada sayap.
Mesin jet
Untuk bergerak ke depan melintasi udara pesawat terbang menggunakan daya
dorong yang dihasilkan mesin. Hampir semua pesawat terbang komersial
menggunakan mesin jet yang biasa disebut turbofans. Turbofans adalah
salah satu dari keluarga mesin yang disebut mesin turbin gas.
Udara dingin dimasukkan pada bagian depan dengan menggunakan sudut-sudut
besar (biasanya berdiameter lebih dari 3 meter). Udara yang dimasukkan
ke dalam mesin dan menekan ke luar dengan menghasilkan gaya dorong.
Udara mengalir melalui sudut-sudut pada mesin yang biasa disebut
kompresor.Kompresor menekan udara dan mengalir ke ruang pembakaran
dengan menaikan tekanannya terlebih dahulu.Di dalam ruang pembakaran,
udara dicampur dengan bahan bakar kemudian dibakar menyebabkan letupan
yang terkendali.Panas yang terjadi pada ruang pembakaran menyebabkan
adanya ekspansi termal yang sangat cepat dan keluar ke bagian belakang
mesin. Saat keluar dari ruang pembakaran udara panas melintasi turbin
menghasilkan gaya dorong. Turbin yang terhubung akan berputar agar
kompresor dapat bekerja memasukkan udara dingin pada bagian depan,
sehingga proses tersebut dapat dilakukan berulang-ulang secara
terus-menerus.
Pengendali
Pada saat terbang pilot harus mengubah bentuk sayap agar pesawat dapat
dikendalikan. Untuk melakukan ini dia memakai bagian sayap yang dapat
digerakan yang biasa disebut permukaan kontrol. Ini akan mengubah
pergerakan udara yang melintas pada permukaan sayap dan juga mengubah
arah penerbangan.
Untuk melakukan gerakan ke turun atau naik, tuas pilot menggerakkan
panel pada bagian ekor yang biasa disebut elevator. Jika tuas pilot
digerakkan ke belakang maka panel pada bagian depan elevator akan naik
dan menyebabkan aliran udara menekan bagian ekor ke atas sehingga
pesawat akan naik. Jika tuas pilot digerakkan ke depan maka panel pada
bagian depan elevator akan turun dan menyebabkan aliran udara menekan
bagian ekor ke bawah sehingga pesawat akan turun.
Untuk menggerakkan pesawat agar pesawat miring terhadap permukaan bumi,
pilot menggerakkan panel pada bagian ujung dari sayap yang disebut
aileron. Untuk tuas pilot ke kiri akan menggerakkan aileron bagian kiri
ke atas akan menyebabkan sayap sebelah kiri turun. Pada saat yang sama,
aileron pada sayap kanan bergerak ke bawah menyebabkan sayap sebelah
kanan ke atas. Kombinasi dua gaya akan menyebabkan gerakan bidang
pesawat miring terhadap permukaan bumi. Demikian pula, untuk kasus tuas
pilot digerakkan ke kanan akan meggerakkan pesawat miring ke kanan
terhadap permukaan bumi.
Saat membelok, pilot juga menggunakan stabiliser vertikal pada bagian
ekor pesawat.Saat belok ke kiri, stabiliser bergerak ke kiri.Bagian ekor
ini berbentuk seperti sebuah sayap terletak pada vertikal terhadap
bidang pesawat, yang dapat digerakan ke kanan dan ke kiri.Sehingga dapat
membantu pembelokan pesawat ke kanan dan ke kiri.
Saat melakukan lepas landas bagian flaps membuat daerah permukaan sayap
lebh besar dan lebih lengkung, sehingga memberikan daya angkat lebih
pada sayap.
Stabilitas pesawat
Stabilitas pesawat atau model adalah kemampuan untuk kembali ke posisi
tertentu dalam suatu penerbangan (setelah mendapat gangguan atau kondisi
yang tidak normal). Pesawat atau model dapat menjadi stabil dalam
keadaan tertentu dan tidak karena kondisi lainnya. Sebagai contoh suatu
pesawat dapat stabil dalam keadaan terbang normal, tetapi menjadi tidak
stabil dalam keadaan posisi terbang terbalik, demikian sebaliknya.
Seringkali terjadi kerancuan antara stabilitas dengan keseimbangan atau
trim. Pengujian keseimbangan dan trim dilakukan agar pesawat dapat
mencapai kondisi yang stabil yang berhubungan erat dengan faktor
keselamatan.
Keseimbangan adalah hal yang paling penting, dan harus yang diperiksa
pertama kali. Untuk model yang telah dipublikasikan atau model yang
telah dijual dalam bentuk kit, biasanya titik keseimbangan ini diberi
tanda dengan CG (Centre of Gravity).
Cara yang paling mudah dan umum dilakukan untuk menguji keseimbangan
adalah dengan memberi tanda pada bagian bawah kedua ujung sayap yang
segaris dengan titik berat juga pada bagian depan dan belakang dari
badan pesawat, kemudian angkat pesawat pada titik-titik tersebut dengan
ujung jari. Apabila keseimbangan model berada pada posisi Horizontal,
berarti titik keseimbangannya benar. Apa bila tidak, maka harus
ditambahkan beban atau yang populer dengan Ballast di bagian depan atau
ekor suatu model.
Hal ini memiliki akurasi yang baik untuk berbagai tujuan, khususnya
untuk model yang memiliki karateristik perbedaan yang kecil dalam
keseimbangan dan tidak merupakan hal yang kritis serta memiliki kondisi
stabilitas yang dapat diatur. Untuk model yang memiliki ukuran yang
lebih besar dan kebutuhan keseimbangan yang tinggi, hal tersebut tidak
dapat diterapkan.
Perlu diingat juga bahwa pengujian keseimbangan harus dilakukan untuk
model dalam keadaan lengkap (semua bagian terpasang) dan siap terbang,
walaupun bahan bakar tidak termasuk yang dihitung dalam model yang
menggunakan mesin. Paling tidak keadaan ini memenuhi persyaratan dan
memberikan gambaran seutuhnya mengenai keseimbangan.
Umumnya model yang telah dibuat, posisi sayap dan horizontal stabilizer
harus dicek. Saat ini kebanyakan model menggunakan pandangan untuk
menentukan apakah posisi sayap dan stabilo membentuk sudut siku dengan
badan pesawat, dianjurkan untuk menggunakan peralatan sebenarnya yang
presisi dalam menentukan posisi tersebut.
Sebagai contoh dapat digunakan jarum pentul dan benang. Jarum tersebut
diletakkan di bagian depan dan belakang. Kemudian ditarik benang dari
pin bagian depan ke ujung kanan dan kiri stabilo. Untuk sayap, ditarik
benang dari pin belakang ke ujung sayap kiri dan kanan.
Melihat dari pesawat bagian belakang juga salah satu cara yang cukup
efektif untuk menguji keseluruhan proses .Untuk memperbaiki kesalahan
dalam apabila posisi sayap, badan dan bagian ekor tidak benar, maka yang
pertama kali yang dilakukan cari yang salah. Pada kenyataannya apa bila
terjadi kesalahan kecil pada sayap terhadap badan maka hal yang
termudah adalah menyesuaikan posisi stabilo.
Pengujian terbang dan trim dilakukan agar suatu model dapat terbang
mulus dan aman. Penyesuaian yang baik dari seluruh komponen pesawat di
gunakan untuk mencapai hasil yang terbaik dari kinerja pesawat model,
khususnya model yang dirancang untuk berprestasi tinggi. Hal ini
membutuhkan perhatian khusus, pengalaman yang baik dan know-how tentang
model yang dibuat.
Aerodinamika
Pada prinsipnya, pada saat pesawat mengudara, terdapat 4 gaya utama yang
bekerja pada pesawat, yakni gaya dorong (thrust T), hambat (drag D),
angkat (lift L), dan berat pesawat (weight W). Pada saat pesawat sedang
menjelajah (cruise) pada kecepatan dan ketinggian konstan, ke-4 gaya
tersebut berada dalam kesetimbangan: T = D dan L = W. Sedangkan pada
saat pesawat lepas landas dan mendarat, terjadi akselerasi dan
deselerasi yang dapat dijelaskan menggunakan Hukum II Newton (total gaya
adalah sama dengan massa dikalikan dengan percepatan).
Pada saat take off, pesawat mengalami akselerasi dalam arah horizontal
dan vertikal. Pada saat ini, L harus lebih besar dari W, demikian juga T
lebih besar dari D. Dengan demikian diperlukan daya mesin yang besar
pada saat lepas landas. Gagal lepas landas bisa disebabkan karena
kurangnya daya mesin (karena berbagai hal: kerusakan mekanik, human
error, gangguan eksternal, dan sebagainya), atau gangguan pada sistem
kontrol pesawat.
Lapisan atmosfer
Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk
bumi, dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di
Bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah,
sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan Bumi. Atmosfer tersusun
atas beberapa lapisan, yang dinamai menurut fenomena yang terjadi di
lapisan tersebut. Transisi antara lapisan yang satu dengan yang lain
berlangsung bertahap. Studi tentang atmosfer mula-mula dilakukan untuk
memecahkan masalah cuaca, fenomena pembiasan sinar matahari saat terbit
dan tenggelam, serta kelap-kelipnya bintang. Dengan peralatan yang
sensitif yang dipasang di wahana luar angkasa, kita dapat memperoleh
pemahaman yang lebih baik tentang atmosfer berikut fenomena-fenomena
yang terjadi di dalamnya.
Atmosfer Bumi terdiri atas nitrogen (78.17%) dan oksigen (20.97%),
dengan sedikit argon (0.9%), karbondioksida (variabel, tetapi sekitar
0.0357%), uap air, dan gas lainnya. Atmosfer melindungi kehidupan di
bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari matahari dan
mengurangi suhu ekstrem di antara siang dan malam. 75% dari atmosfer ada
dalam 10 sampai 11 km dari permukaan planet.
Atmosfer tidak mempunyai batas mendadak, tetapi agak menipis lambat laun
dengan menambah ketinggian, tidak ada batas pasti antara atmosfer dan
angkasa luar.
Gaya gaya pesawat udara
Dari beberapa hal, bagusnya kinerja penerbang dalam sebuah penerbangan
bergantung pada kemampuan untuk merencanakan dan berkordinasi dengan
penggunaan tenaga (power) dan kendali pesawat untuk mengubah gaya dari
gaya dorong (thrust), gaya tahan (drag), gaya angkat (lift) dan berat
pesawat (weight). Keseimbangan dari gaya-gaya tersebutlah yang harus
dikendalikan oleh penerbang. Makin baik pemahaman dari gaya-gaya dan
cara mengendalikannya, makin baik pula ketrampilan seorang penerbang.
Berikut ini hal-hal yang mendefinisikan gaya-gaya tersebut dalam sebuah
penerbangan yang lurus dan datar, tidak berakselerasi (stright and
level, unaccelerated).
Thrust,
adalah gaya dorong, yang dihasilkan oleh mesin
(powerplant)/baling-baling. Gaya ini kebalikan dari gaya tahan (drag).
Sebagai aturan umum, thrust beraksi paralel dengan sumbu longitudinal.
Tapi sebenarnya hal ini tidak selalu terjadi, seperti yang akan
dijelaskan kemudian.
Drag
adalah gaya ke belakang, menarik mundur, dan disebabkan oleh
gangguan aliran udara oleh sayap, badan pesawat, dan objek-objek lain.
Drag kebalikan dari 'thrust', dan beraksi ke belakang paralel dengan
arah angin relatif (relative wind).
Weight
gaya berat adalah kombinasi berat dari muatan pesawat itu sendiri,
awak pesawat, bahan bakar, dan kargo atau bagasi. Weight menarik pesawat
ke bawah karena gaya gravitasi. Weight melawan 'lift' (gaya angkat) dan
beraksi secara vertikal ke bawah melalui pusat gravitasi pesawat.
Lift
(gaya angkat) melawan gaya dari weight, dan dihasilkan oleh efek
dinamis dari udara yang beraksi di sayap, dan beraksi tegak lurus pada
arah penerbangan melalui center of lift' dari sayap.
Pada penerbangan yang stabil, jumlah dari gaya yang saling berlawanan
adalah sama dengan nol. Tidak akan ada ketidakseimbangan dalam
penerbangan yang stabil dan lurus (Hukum ketiga Newton). Hal ini berlaku
pada penerbangan yang mendatar atau mendaki atau menurun.
Hal ini tidak sama dengan mengatakan seluruh keempat gaya adalah sama.
Secara sederhana semua gaya yang berlawanan adalah sama besar dan
membatalkan efek dari masing-masing gaya. Seringkali hubungan antara
keempat gaya ini diterangkan dengan salah atau digambarkan dengan
sedemikian rupa sehingga menjadi kurang jelas.
Hubungan yang benar antara gaya-gaya dalam penerbangan Perhatikan gambar
berikut sebagai contoh. Pada ilustrasi di bagian atas, nilai dari semua
vektor gaya terlihat sama. Keterangan biasa pada umumnya akan
mengatakan (tanpa menyatakan bahwa 'thrust' dan drag tidak sama nilainya
dengan weight dan lift) bahwa thrust sama dengan drag dan lift sama
dengan weight.
Harus dimengerti bahwa dalam penerbangan yang lurus dan mendatar
(straight and level), adalah benar gaya lift/weight yang saling
berlawanan adalah sama, tapi kedua gaya itu juga lebih besar dari gaya
berlawanan thrust/drag yang juga sama nilainya di antara keduanya, bukan
dibandingkan dengan lift/weight. Untuk kebenarannya, harus dikatakan
bahwa dalam keadaan stabil (steady):
Jumlah gaya ke atas (tidak hanya lift) sama dengan jumlah gaya ke
bawah (tidak hanya weight)
Jumlah gaya dorong (tidak hanya thrust) sama dengan jumlah gaya ke
belakang (tidak hanya drag)
Perbaikan dari rumus lama yang mengatakan thrust sama dengan drag dan
lift sama dengan weight ini juga mempertimbangkan fakta bahwa dalam
climb/terbang mendaki, sebagian gaya thrust juga diarahkan ke atas,
beraksi seperti gaya lift, dan sebagian gaya weight, karena arahnya yang
ke belakang juga beraksi sebagai drag. Pada waktu melayang turun
(glide) sebagian vektor gaya weight diarahkan ke depan, beraksi seperti
gaya thrust. Dengan kata lain, jika kapan pun arah pesawat tidak
horisontal maka lift, weight, thrust dan drag akan terbagi menjadi dua
komponen.
Gaya Angkat Sayap Pada Pesawat Terbang
Pesawat terbang dapat terangkat ke udara yang melalui sayap peswat,
tidak seperti roket yang terangkat ke atas karena aksi-reaksi antara gas
yang disemburkan roketdengan roket itu sendiri. Roket yang menyemburkan
gas ke belakang dan sebagai reaksinya gas mendorong roket maju. Jadi,
roket tetap dapat terangkat ke atas walaupun tidak ada udara, tetapi
pesawat terbang tidak dapat terangkat jika tidak ada udara.
Penampang sayap pesawat terbang mempunyai bagian belakang yang lebih
tajam dan sisi bagian atas yang lebih melengkung daripada sisi bagian
bawahnya. Bentuk sayap seperti ini dinamakan aerofoil. Bentuk ini
menyebabkan garis arus seperti arus. Garis arus pada sisi bagian atas
lebih rapat daripaa sisi bagian bawahnya, yang berarti kelajuan aliran
udara pada sisi bagian atas pesawat (v2) lebih besar daripada sisi
bagian bawah sayap (v1). Sesuai dengan asas Bernoulli, tekanan pada sisi
bagian atas (p2) lebih kecil daripada sisi bagian bawah (p1) karena
kelajuan udaranyalebih besar. Beda tekanan p1 - p2 menghasilkan gaya
angkat sebesar F1 - F2 = (p1 - p2)A Dengan A adalah luas penampang totl
sayap Jika nilai p1 - p2 dari persamaan p1 - p2 = 1/2 p (v2^2 - v1^2)
kita masukkan ke persamaan di atas menjadi F1 - F2 = 1/2 p (v2^2 -
v1^2)A Dengan p massa jenis udara Pesawat terbang dapat terangkat ke tas
jika gaya angkat lebih besar daripada berat pesawat. Jadi, apakah suatu
pesawat dapat terbang atau tidak tergantung pada berat pesawat,
kelajuan pesawat, dan ukuran sayapnya. Makin besar kecepatan pesawat
maka makin besar kecepatan udaranya dan ini berarti v2^2 - V1^2
bertambah besar sehingga gaya angkat F1 - F2 makin besar. Makin besar
ukuran sayap (A) makin besar gaya angkatnya. Supaya pesawat dapat
terangkat gaya angkat harus lebih besar daripada berat pesawat (F1-F2)
> mg). Jika pesawat telah berada pada ketinggian tertentu dan pilot
ingin mempertahankan ketinggiannya (melayang di udara) makakelajuan
pesawat harus diatur sedemikian rupa sehingga gaya angkat sama dengan
berat pesawat (F1 - F2 = mg) Pada dasarnya ada 4 buah gaya yang bekerja
pada sebuah pesawat terbang yang sedang mengangkasa 1. Berat pesawat
yang disebabkan oleh gaya gravitasi bumi 2. Gaya angkat yang disebabkan
oleh bentuk pesawat 3. Gaya ke depan yang disebabkan oleh gesekan udara
4. Gaya hambatan yang disebabkan oleh gesekan udara.
Jika pesawat hendak bergrak mendatar dengan suatu percepatan maka gaya
ke depan harus lebih besar daripada gaya hambatan dan gaya angkat harus
sama dengan berat pesawat. Jika pesawat hendak menambah ketinggian yang
tetap, maka resultan gaya mendatar dan gaya vertikal harus sama dengan
nol. Ini berarti bahwa gaya ke depan sama dengan gaya hambatan dan gaya
angkat sama dengan berat pesawat.
Vektor gaya pada saat pesawat mendaki
Diskusi dari konsep sebelumnya sering diabaikan dalam teks, buku-buku
atau manual aeronautika. Alasannya bukan karena tidak ada
konsekwensinya, tapi karena mengabaikan diskusi ini maka ide utama dari
hal gaya-gaya aerodinamika yang bekerja pada sebuah pesawat yang terbang
dapat disampaikan tanpa harus mendalami teknisnya seorang ahli
aerodinamika. Dalam kenyataannya mempertimbangkan hanya terbang
datar/level flight, dan mendaki secara normal dan meluncur dengan
mantap/steady, tetaplah benar bahwa gaya angkat sayap adalah gaya ke
atas yang penting, dan berat/weight adalah gaya ke bawah yang sangat
penting.
Seringnya, kesulitan yang dihadapi pada saat menerangkan gaya yang
bekerja pada pesawat udara adalah masalah bahasa dan artinya. Contohnya,
penerbang telah lama mempercayai bahwa pesawat mendaki karena kelebihan
gaya angkat (excess lift). Hal ini tidak benar jika seseorang hanya
memikirkan hubungannya dengan sayap saja. Tapi bagaimanapun hal ini
benar, jika gaya angkat adalah penjumlahan total dari semua “gaya ke
atas”. Tetapi ketika merujuk ke “gaya angkat dari thrust” definisi yang
sebelumnya telah dibuat untuk gaya-gaya ini tidak berlaku lagi dan
membuat lebih sulit. Hal yang tidak tepat dalam bahasa ini telah menjadi
alasan untuk menggunakannya sebagai argumen, terutama dalam sektor
akademik, bukannya untuk membuatnya lebih mudah sebagai penjelasan pada
prinsip-prinsip dasar penerbangan.
Meskipun gaya-gaya yang bekerja pada pesawat terbang telah ditetapkan,
masih diperlukan sebuah diskusi yang lebih detil tentang bagaimana
penerbang menggunakannya untuk memproduksi penerbangan yang terkendali.
Thrust
Sebelum pesawat mulai bergerak, thrust harus digunakan. Pesawat akan
tetap bergerak dan bertambah kecepatannya sampai thrust dan drag menjadi
sama besar. Untuk menjaga kecepatan yang tetap maka thrust dan drag
harus tetap sama, seperti halnya lift dan weight harus sama untuk
mempertahankan ketinggian yang tetap dari pesawat. Jika dalam
penerbangan yang datar (level), gaya thrust dikurangi, maka pesawat akan
melambat. Selama thrust lebih kecil dari drag, maka pesawat akan terus
melambat sampai kecepatan pesawat (airspeed) tidak sanggup lagi menahan
pesawat di udara. Sebaliknya jika tenaga mesin ditambah, thrust akan
menjadi lebih besar dari drag, pesawat terus menambah kecepatannya.
Ketika drag sama dengan thrust, pesawat akan terbang dengan kecepatan
yang tetap.
Terbang straight dan level (lurus dan datar) dapat dipertahankan mulai
dari terbang dengan kecepatan rendah sampai dengan kecepatan tinggi.
Penerbang harus mengatur angle of attack dan thrust dalam semua
jangkauan kecepatan (speed regim) jika pesawat harus ditahan di
ketinggian tertentu (level flight).
Angle of attack dalam kecepatan yang berbeda
Secara kasar jangkauan kecepatan ini dapat dikelompokkan dalam 3 daerah
(regim), kecepatan rendah (low-speed), menjelajah (cruising flight), dan
kecepatan tinggi (high-speed).
Angle of attack haruslah cukup tinggi untuk menambah gaya angkat ketika
kecepatannya rendah jika keseimbangan antara gaya angkat dan gaya berat
harus dipertahankan. Gambar di bawah.
Jika thrust dikurangi dan kecepatan berkurang maka gaya angkat akan
lebih kecil dari berat/weight dan pesawat akan mulai turun dari
ketinggiannya. Untuk menjaga ketinggian penerbang dapat menambah angle
of attack sebesar yang diperlukan untuk menghasilkan gaya angkat yang
sama dengan berat/weight dari pesawat, dan waktu pesawat mulai terbang
lebih lambat pesawat akan mempertahankan ketinggiannya jika penerbang
memberikan thrust dan angle of attack yang sesuai.
Ada keadaan menarik dalam penerbangan straight & level dalam
kecepatan rendah,-relatif terhadap equilibrium gaya-gaya-, dengan
keadaan hidung pesawat yang lebih tinggi, ada komponen vertikal dari
thrust yang membantu mendukung pesawat. Untuk satu hal, beban di sayap
cenderung untuk kurang dari yang diperkirakan. Kebanyakan penerbang akan
mengetahui pesawat akan stall, -jika keadaan gaya yang lain adalah
sama-, pada saat kecepatannya menjadi lebih rendah biarpun dengan power
on (tenaga mesin) dibandingkan dengan power off (tenaga mesin
idle)(Aliran udara melalui sayap dari baling-baling juga membantu).
Bagaimanapun jika analisa kita hanya dibatasi dengan 4 gaya pada
definisi umum yang “biasa”, seseorang bisa mengatakan bahwa pada
straight & level slow speed, thrust adalah sama dengan drag dan lift
sama dengan weight.
Pada waktu straight & level flight ketika thrust ditambahkan dan
kecepatan bertambah, maka angle of attack harus dikurangi. Karena itu,
jika perubahan dilakukan dengan kordinasi yang benar, maka pesawat akan
tetap berada di ketinggian yang sama, tapi dengan kecepatan yang lebih
besar jika hubungan antara thrust dan angle of attack disesuaikan.
Jika angle of attack tidak disesuaikan (dikurangi) dengan pertambahan
thrust maka pesawat akan mendaki (climb). Tapi dengan mengurangi angle
of attack, lift berubah, membuatnya sama dengan weight, dan jika
dikerjakan dengan benar maka pesawat akan tetap dalam level flight
(tidak mengubah ketinggian). Penerbangan yang datar (level flight)
dengan sudut angle of attack yang sedikit negatif adalah mungkin dalam
kecepatan yang sangat tinggi. Ini buktinya, bahwa level flight dapat
dilakukan dengan berapa pun angle of attack di antara sudut stall dan
sudut yang relatif negatif pada kecepatan yang sangat tinggi.
Drag
Drag atau hambatan dalam penerbangan terdiri dari dua jenis: parasite
drag dan induced drag. Yang pertama disebut parasite drag karena tidak
ada fungsinya sama sekali untuk membantu pesawat untuk dapat terbang,
sedangkan yang kedua disebut induced karena dihasilkan atau terbuat dari
hasil kerja sayap yang membuat gaya angkat (lift).
Parasite drag sendiri terdiri dari dua komponen
form drag, yang terjadi karena gangguan pada aliran udara melalui
badan pesawat, dan
skin friction, hambatan dari gesekan dengan kulit pesawat.
Dari kedua jenis parasite drag, form drag adalah yang paling mudah untuk
dikurangi pada waktu merancang sebuah pesawat. Secara umum, makin
streamline bentuk pesawat maka akan menghasilkan bentuk yang mengurangi
parasite drag.
Skin friction adalah jenis parasite drag yang paling sullit untuk
dikurangi. Tidak ada permukaan yang halus secara sempurna. Bahkan
permukaan yang dibuat dengan mesin pada waktu diperiksa menggunakan
alat/kaca pembesar, mempunyai permukaan kasar yang tidak rata. Permukaan
yang kasar ini akan membelokkan aliran streamline udara pada permukaan,
menghasilkan hamatan pada aliran yang lancar. Skin friction ini bisa
dikurangi dengan memakai cat/finish glossy yang rata dan mengurangi
kepala rivet yang menyembul keluar, permukaan yang kasar dan tidak rata.
Ada satu lagi elemen yang harus ditambahkan pada waktu membahas tentang
parasite drag waktu merancang pesawat. Parasite drag menggabungkan efek
dari form drag dan skin friction. Gabungan ini disebut interference
drag. Jika dua benda diletakkan bersebelahan, maka turbulensi yang
terjadi bisa mencapai 50-200 persen lebih besar dibandingkan jika kedua
benda tersebut ditest secara terpisah.
Tiga elemen ini, form drag, skin friction dan interference drag semua
dihitung untuk menentukan parasite drag pada sebuah pesawat.
Bentuk sebuah objek adalah faktor yang penting dalam parasite drag.
Juga, Indicated Airspeed (kecepatan yang ditunjukkan oleh indikator)
adalah sama pentingnya ketika kita berbicara tentang parasite drag.
Drag pada sebuah objek yang berdiri pada posisi yang tetap, relatif
terhadap aliran udara yang diberikan, akan bertambah secara kuadrat dari
kecepatan udaranya. Menambah kecepatan dua kali akan menambah drag
empat kali, menambah kecepatan tiga kali akan menambah drag sembilan
kali. Hubungan ini hanya berlaku pada kecepatan subsonik, di bawah
kecepatan suara. Pada kecepatan yang sangat tinggi, rasio profil drag
yang biasanya bertambah sejalan dengan pertambahan kecepatan, ternyata
akan bertambah dengan lebih cepat lagi.
Jenis dasar kedua dari drag adalah induced drag. Seperti kita ketahui
dalam fisika bahwa tidak ada sistem mekanik yang bisa 100 persen
efisien. Maksudnya, apapun bentuknya dari sebuah sistem, maka sebuah
usaha akan memerlukan usaha tambahan yang akan diserap atau hilang dalam
sistem tersebut. Makin efisien sebuah sistem, makin sedikit kehilangan
usaha ini.
Sifat aerodinamik sayap dalam penerbangan yang datar menghasilkan gaya
angkat yang dibutuhkan, tapi ini hanya bisa didapat dengan beberapa
penalti yang harus dibayar, yaitu induced drag. Induced drag pasti ada
ketika sayap menghasilkan gaya angkat dan faktanya jenis drag ini tidak
bisa dipisahkan dari produksi gaya angkat. Konsekwensinya, drag ini
selalu muncul pada saat gaya angkat dihasilkan. Sayap pesawat
menghasilkan gaya angkat dengan menggunakan energi dari aliran udara
bebas. Ketika menghasilkan gaya angkat, tekanan di permukaan bawah sayap
lebih besar dari di permukaan atas. Hasilnya udara akan cenderung untuk
mengalir dari dari daerah tekanan tinggi dari ujung sayap (wingtip) ke
tengah kepada daerah tekanan rendah di atas sayap. Di sekitar ujung
sayap ada kecenderungan tekanan-tekanan ini untuk menjadi seimbang, sama
kuat, menghasilkan aliran lateral keluar dari bagian bawah ke bagian
atas sayap. Aliran lateral ini membuat kecepatan yang berputar ke udara
di ujung sayap dan mengalir ke belakang sayap. Maka aliran di sekitar
ujung sayap akan berbentuk dua vortex yang mengalir (trailing) di
belakang pada waktu sayap bergerak maju.
Ketika pesawat dilihat dari ekornya, votex-vortex ini akan bersirkulasi
kebalikan arah jarum jam di sekitar ujung sayap kanan dan searah jarum
jam di ujung sayap kiri.
Harus diingat arah dari putaran vortex-vortex ini yang bisa dilihat
bahwa mereka menghasilkan aliran udara ke atas setelah melewati ujung
sayap, dan aliran udara ke bawah di belakang trailing edge dari sayap.
Aliran udara ke bawah ini sama sekali tidak dibutuhkan untuk
menghasilkan gaya angkat. Inilah sumber induced drag. Makin besar ukuran
dan kekuatan vortex-vortex ini dan pada gilirannya komponen aliran
udara ke bawah dari aliran udara yang melewati sayap, makin besar efek
dari induced drag. Aliran udara ke bawah di atas ujung sayap ini
mempunyai efek yang sama dengan membelokkan vektor gaya angkat ke
belakang; karena itu gaya angkat akan agak berbelok ke belakang sejajar
dengan arah udara (relatif wind) dan menghasilkan komponen lift yang
arahnya ke belakang. Inilah induced drag.
Juga harus diingat untuk membuat tekanan negatif yang lebih besar di
atas sayap, ujung depan sayap dapat diangkat untuk mendapatkan angle of
attack yang lebih besar. Juga jika sebuah sayap yang asimetri mempunyai
angle of attack nol, maka tidak akan ada perbedaan tekanan dan tidak ada
aliran udara ke bawah, maka tidak ada induced drag. Pada kasus apapun,
jika angle of attack bertambah maka induced drag akan bertambah secara
proporsional.
Vortex di ujung sayap (wingtip vortex)
Cara lain untuk menyatakan hal ini, makin kecil kecepatan pesawat makin
besar angle of attack yang dibutuhkan untuk menghasilkan gaya angkat
yang sama dengan berat pesawat dan konsekwensinya makin besar induced
drag ini. Besarnya induced drag ini bervariasi berbanding terbalik
dengan kuadrat kecepatan pesawat.
Dari diskusi ini, dapat diketahui parasite drag bertambah sebanding
dengan kecepatan kuadrat, dan induced drag bervariasi berbanding
terbalik dengan kuadrat kecepatan pesawat. Dapat dilihat pula bahwa jika
kecepatan berkurang mendekati kecepatan stall, total drag akan menjadi
besar sekali karena induced drag naik secara tajam. Sama juga bila
pesawat mendekati kecepatan maksimumnya, total drag akan menjadi besar
karena parasite drag naik secara tajam. Seperti pada gambar berikut,
pada beberapa kecepatan total drag menjadi maksimum. Hal ini sangat
penting untuk mendapatkan maksimum ketahanan dan jarak tempuh pesawat
udara. Pada saat drag pada besaran minimumnya, tenaga yang dibutuhkan
untuk melawan drag juga minimum.
Untuk mengerti efek dari lift dan drag di sebuah pesawat udara pada
sebuah penerbangan keduanya harus digabungkan dan rasio lift/drag harus
diperhatikan.
Dengan data-data lift dan drag yang tersedia pada bermacam-macam
kecepatan pada saat pesawat terbang datar dan tidak berakselerasi,
proporsi CL (Coefficient of Lift) dan CD (Coefficient of Drag) dapat
dihitung pada setiap angle of attack tertentu. Hasil plotting untuk
rasio lift/drag (L/D) pada angle of attack tertentu menunjukkan bahwa
L/D bertambah ke maksimum kemudian berkurang pada koefisien lift dan
angle of attack yang lebih besar seperti terlihat pada gambar.
Perhatikan bahwa maksimum rasio lift/drag (L/D max) terjadi pada angle
of attack dan koefisien yang tertentu. Jika pesawat beroperasi pada
penerbangan yang stabil pada L/D max, maka total drag adalah minimum.
Angle of attack apapun yang lebih kecil atau lebih besar dari yang ada
di L/D max akan mengurangi rasio lift/drag dan konsekwensinya menambah
total drag dari gaya angkat yang diberikan pada pesawat.
Lokasi dari center of gravity (CG) ditentukan oleh rancangan umum pada
masing-masing jenis pesawat. Perancang pesawat menentukan sejauh apa
center of pressure (CP) akan bergerak. Kemudian mereka akan menentukan
center of gravity di depan center of pressure (CP) untuk kecepatan
penerbangan yang terkait untuk membuat momen yang cukup untuk
mempertahankan equilibrium penerbangan. Konfigurasi dari pesawat juga
mempunyai efek yang besar pada rasio lift/drag.
Sebuah pesawat layang dengan kinerja yang tinggi mungkin mempunyai rasio
lift/drag yang sangat besar. Pesawat tempur supersonik mungkin punya
lift/drag yang kecil pada penerbangan subsonik tapi yang menyebabkan hal
ini adalah konfigurasi pesawat yang dibutuhkan pada saat terbang
supersonik (dan L/D yang besar pada saat terbang dengan Mach number yang
tinggi).
Weight
Gravitasi adalah gaya tarik yang menarik semua benda ke pusat bumi.
Center of gravity(CG) bisa dikatakan sebagai titik di mana semua berat
pesawat terpusat. Pesawat akan seimbang di keadaan/attitude apapun jika
pesawat terbang ditahan tepat di titik center of gravity. Center of
gravity juga adalah sesuatu yang sangat penting karena posisinya sangat
berpengaruh pada kestabilan sebuah pesawat terbang.
Posisi dari center of gravity ditentukan oleh rancangan umum dari setiap
pesawat terbang. Perancang pesawat menentukan seberapa jauh center of
pressure (CP) akan berpindah. Kemudian mereka akan menjadikan titik
center of gravity di depan center of pressure untuk kecepatan tertentu
dari pesawat untuk mendapatkan kemampuan yang cukup untuk mengembalikan
keadaan penerbangan yang equilibrium.
Weight mempunyai hubungan yang tetap dengan lift, dan thrust bersama
drag. Hubungannya sederhana, tapi penting untuk mengerti aerodinamika
penerbangan. Lift adalah gaya ke atas pada sayap yang beraksi tegak
lurus pada arah angin relatif (relatif wind). Lift diperlukan untuk
meniadakan berat pesawat (weight, yang disebabkan oleh gaya tarik bumi
yang beraksi pada massa pesawat). Gaya berat (weight) ini beraksi ke
bawah melalui center of gravity pesawat. Pada penerbangan yang datar dan
stabil, ketika gaya angkat sama dengan weight, maka pesawat dalam
keadaan equilibrium dan tidak mendapatkan atau mkehilangan ketinggian.
Jika lift berkurang dibandingkan dengan weight maka pesawat akan
kehilangan ketinggian. Ketika lift lebih besar dari weight maka
ketinggian pesawat akan bertambah.
Lift
Penerbang dapat mengendalikan lift. Jika penerbang menggerakkan roda
kemudi ke depan atau belakang, maka angle of attack akan berubah. Jika
angle of attack bertambah maka lift akan bertambah (jika faktor lain
tetap konstan). Ketika pesawat mencapai angle of attack yang maksimum,
maka lift akan hilang dengan cepat. Ini yang disebut dengan stalling
angle of attack atau burble point.
Sebelum melangkah lebih lanjut dengan lift dan bagaimana lift bisa
dikendalikan, kita harus menyelipkan tentang kecepatan. Bentuk dari
sayap tidak bisa efektif kecuali sayap terus menerus “menyerang” udara
baru. Jika pesawat harus tetap melayang, maka pesawat itu harus tetap
bergerak. Lift sebanding dengan kuadrat dari kecepatan pesawat. Sebagai
contoh, jika sebuah pesawat bergerak pada kecepatan 200 knots mempunyai
lift empat kali lipat jika pesawat tersebut terbang pada kecepatan 100
knots, dengan syarat angle of attack dan faktor lain tetap konstan.
Dalam keadaan sebenarnya, pesawat tidak dapat terus menerus bergerak
secara datar di sebuah ketinggian dan menjaga angle of attack yang sama
jika kecepatan ditambah. Lift akan bertambah dan pesawat akan menanjak
sebagai hasil dari pertambahan gaya angkat. Untuk menjaga agar lift dan
weight menjadi sama, dan menjaga pesawat dalam keadaan lurus dan datar
(straight and level) dalam keadaan equilibrium maka lift harus dikurangi
pada saat kecepatannya ditambah. Normalnya hal ini dilakukan dengan
mengurangi angle of attack, yaitu menurunkan hidung pesawat.
Sebaliknya, pada waktu pesawat dilambatkan, kecepatan yang berkurang
membutuhkan pertambahan angle of attack untuk menjaga lift yang cukup
untuk menahan pesawat. Ada batasan sebanyak apa angle of attack bisa
ditambah untuk menghindari stall.
Kesimpulannya, bahwa untuk setiap angle of attack ada
kecepatan/indicated airspeed tertentu untuk menjaga ketinggian dalam
penerbangan yang mantap/steady, tidak berakselerasi pada saat semua
faktor dalam keadaan konstan. (Ingat bahwa ini hanya benar pada saat
terbang dengan mempertahankan ketinggian “level flight”)
Karena sebuah airfoil akan selalu stall pada angle of attack yang sama,
jika berat ditambahkan maka lift harus ditambah dan satu-satunya metode
untuk melakukannya adalah dengan menaikkan kecepatan jika angle of
attack ditahan pada nilai tertentu tepat di bawah “critical”/stalling
angle of attack.
Lift dan drag juga berubah-ubah sesuai dengan kerapatan udara (density).
Kerapatan udara dipengaruhi oleh beberapa faktor: tekanan, suhu, dan
kelembaban. Ingat, pada ketinggian 18000 kaki, kerapatan udara hanyalah
setengah dari kerapatan udara di permukaan laut. Jadi untuk menjaga lift
di ketinggian yang lebih tinggi sebuah pesawat harus terbang dengan
kecepatan sebenarnya (true airspeed) yang lebih tinggi pada nilai angle
of attack berapa pun.
Lebih jauh lagi, udara yang lebih hangat akan kurang kerapatannya
dibandingkan dengan udara dingin, dan udara lembab akan kurang
kerapatannya dibandingkan dengan udara kering. Maka pada waktu udara
panas dan lembab (humid) sebuah pesawat harus terbang dengan true
airspeed yang lebih besar dengan angle of attack tertentu yang diberikan
dibandingkan dengan terbang pada waktu udara dingin dan kering.
Jika faktor kerapatan berkurang dan total lift harus sama dengan total
weight pada penerbangan tersebut, maka salah satu faktor harus
ditambahkan. Faktor yang biasanya ditambahkan adalah kecepatan atau
angle of attack, karena dua hal ini dapat dikendalikan langsung oleh
penerbang.
Harus disadari juga bahwa lift berubah langsung terhadap wing area/lebar
sayap, asal tidak ada perubahan pada bentuk luas sayap/planform. Jika
sayap memiliki proporsi yang sama dan bagian airfoil, sebuah sayap
dengan luas 200 kaki persegi membuat lift dua kali pada angle of attack
yang sama dibandingkan dengan sayap yang memiliki luas 100 kaki persegi.
Seperti dapat dilihat dua faktor utama dari cara pandang penerbang yang
dapat dikendalikan langsung dan akurat adalah lift dan kecepatan.
Tentu penerbang juga dapat mengatur kerapatan udara dengan mengubah
ketinggian terbang dan dapat mengendalikan luas sayap jika pesawat
memiliki flaps dengan tipe yang dapat memperluas sayap. Tapi pada
situasi umumnya, penerbang hanya mengendalikan lift dan kecepatan untuk
menggerakkan pesawat. Cntohnya pada penerbangan straight & level,
menjelajah pada ketinggian yang tetap, ketinggian dijaga dengan mengatur
lift untuk mencocokkannya dengan kecepatan pesawat atau kecepatan
jelajah, ketika menjaga keadaan equilibrium sewaktu lift sama dengan
weight. Pada waktu melakukan approach untuk mendarat dan penerbang ingin
mendapatkan kecepatan yang selambat mungkin, maka perlu untuk
menambahkan lift ke maksimum untuk menjaga lift sama dengan weight dari
pesawat tersebut.
0 komentar:
Post a Comment