accestrade

Tuesday 22 August 2017

Bagaimana Cara Menghadapi Orang Tua Yang Cerewet

Kamu yang masih memiliki orang tua, bersyukurlah! Kamu masih diberi kesempatan untuk mengurusnya dan insya Allah justru bermanfaat untuk Kamu sendiri. Sering yang dibayangkan adalah kerepotan mengurusnya, karena sebagian sifat mereka menjadi seperti anak-anak lagi, selain fisiknya memang sudah melemah. Kadang menjengkelkan, ya.. Namun ini adalah ladang kesabaran Kamu. tentu Kamu ingin lulus dari ujian ini kan? Berikut ulasan terkait dengan orang tua yang lanjut usia dan cerewet. Semoga bermanfaat.
Bagaimana Cara Menghadapi Orang Tua Yang Cerewet
Bagaimana Cara Menghadapi Orang Tua Yang Cerewet

COBA PERIKSA KONDISI ORANG TUA KALIAN
Kondisi orang tua yang capek, yang kondisi keuangan lagi mencekik, dan lain sebagainya, dapat membuat orang tua kalian pada “jealous“. Kalian para anak-anak harus memahami kondisi orang tua kalian. Kalau orang tua kalian memperhatikan kondisi kalian, kalian harus memperhatikan keadaan orang tua kalian.

INTROPEKSI DIRI KE DALAM DIRI KALIAN
Semua berbalik ke dalam diri kalian. Semua yang ada di dalam diri (hati) kalian hanya Kamu dan Tuhan sendiri yang tau. Jadi, intropeksi diri kalian.

MEMINTA MAAF KEPADA ORANG TUA
Setelah kalian sudah intropeksi diri kalian, jika kalian menemukan kesalahan kepada orang tua kalian, segera minta maaf kepada ortu kalian! Kalau kalian merasa kalian gak ada salah kepada ortu kalian, minta maaflah juga kepada orang tua kita. Mungkin kita punya salah yang kita tidak sadari kepada ortu kalian.

BAWALAH DALAM DOA

Jika kalian sudah lakukan 3 langkah di atas tapi masih tetap, ya bawa saja kepada Tuhan. Bukan dalam arti suruh ortu kalian mati loh ya… maksudnya doakan ortu kalian. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.

JANGAN PERNAH MENYEPELEKAN ORANG TUA
Mungkin orang tua kalian ngomel atau marah soalnya kalian “menyepelekan” orang tua kalian. Jadi, di mata kalian orang tua ga ada arti apa-apa. Jadi, kalian yang punya sifat kayak gitu, cepet ubah!

JANGAN PERNAH MEMBANTAH
Sekali kalian membantah, hati orang tua kalian (terutama ibu) seperti disobek-sobek. Orang tua akan merasa bersalah. Karena orang tua ingin membahagiakan Kamu, eh kalian ga mau. Kan aneh.

IKUTI APA YANG ORANG TUA ANDA MAU

Orang tua pasti ingin membuat anaknya senang dan tidak ada maksud jahat kepada anaknya. Jadi, ikuti apa yang orang tua Kamu mau.

UBAH SIKAP KAMU
Orang tua kalian cerewet untuk mengubah sikap Kamu sebagai anak. Orang tua ingin mendidik Kamu untuk menjadi pribadi yang baik dan sukses. Jadi, cobalah untuk bekerjasama dengan orang tua Kamu dengan mengubah sikap jelek Kamu.
bentar-bentar. Tambah serius aja ya.
btw, banyakan buat anak-anak ya. Oke, 9 dan 10 buat orang tua ya bapak-bapak, ibu-ibu…

COBA JADILAH ORANG TUA YANG SEDIKIT BERKURANG CEREWETNYA
Bapak-bapak ibu-ibu… coba lah Anda merubah sikap Anda… mendidik anak boleh saja, tapi juga perhatikan keadaan jiwa anak Anda yang setiap hari Anda “omelin atau cerewetin“.

COBA CARI APA YANG ANAK ANDA INGINKAN
Ya, apa salahnya mencari apa yang anak Anda inginkan. Tapi, jangan dituruti terus, juga kadang-kadang jangan dituruti. Karena pada saat besar, jika Anda menuruti terus apa yang menjadi keinginan anak-anak, mereka akan terus menuntut dan Anda juga yang dirugikan.
Seseorang dikatakan berusia lanjut ketika sudah masuk usia 60 tahun ke atas dan merupakan salah satu fase yang harus dilalui oleh seseorang. Saat memasuki fase ini terjadi penurunan sistem tubuh dan juga fungsi kognitifnya.
“Orang tua yang makin cerewet dan keras kepala kadang membuat bingung, mau dilawan tapi itu orangtua sendiri, kalau tidak dilawan bikin sakit hati. Untuk mengatasinya anggota keluarga sebaiknya yang lebih mengalah dan berusaha beradaptasi dengan kondisi orang tua tersebut,” ujar Dr Petrin Redayani LS, SpKJ.
Dr Petrin menuturkan lansia merupakan salah satu fase yang krisis, karena pada saat itu terjadi perubahan fisik (otot melemah dan lambat berpikir), perubahan emosional yang terkadang menjadi lebih sensitif, serta menjadi kurang aktif (tadinya bekerja sekarang sudah pensiun).
“Sedangkan penurunan fungsi kognitif seperti pikun bisa dilatih atau dicegah dengan cara tetap aktif, sering bersosialisasi, berkomunikasi, tidak membatasi kegiatan dan membiarkannya melakukan hal-hal yang dia senangi. Bagi lansia yang namanya teman adalah sesuatu yang sangat penting,” ungkap dokter dari divisi geriatri departemen psikiatri FKUI-RSCM.
dr Arya Govinda Rooesheroe, SpPD, FINASIM dari divisi geriatri departemen penyakit dalam FKUI-RSCM menuturkan masalah lain yang dihadapi seiring bertambahnya usia adalah otot menjadi mudah kaku, sering bermasalah dengan tulang (keropos atau pengapuran) dan rentan terhadap berbagai penyakit.
“Dampaknya adalah menerima berbagai pengobatan atau terapi. Tapi harus hati-hati karena fungsi ginjal lansia sudah tidak optimal, kalau terlalu banyak obat atau berlebihan bisa menjadi tidak tepat guna atau meracuni,” ujar dr Arya.
Sementara itu menurut dr Wanarani Aries, SpRM terapi pengobatan untuk lansia didasarkan pada tatakelola berbasis risiko, yaitu:
  • Risiko jatuh, orang yang lanjut usia lebih rentan terjatuh dibandingkan dengan orang dewasa muda.
  • Risiko malnutrisi, lansia rentan mengalami kekurangan gizi, terutama jika ia sulit atau tidak mau makan yang bisa menyebabkan tubuh lemas dan kesadaran menurun.
  • Risiko mistreatment, saat terapi ada berbagai obat yang harus dikonsumsi lansia padahal ginjal sudah tidak optimal dan berisiko meracuni tubuh.
  • Tatakelola penelantaran lansia, penelantaran disini bisa dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja karena ketidaktahuan keluarga.
“Lansia mirip dengan pasien anak dan bukanlah orang dewasa yang tua. Untuk itu tidak bisa menyamaratakan setiap lansia, karena perawatannya sangat bersifat individual,” ungkap dr Arya.
Meski demikian karakter orang tua yang sulit dipahami ini bisa dipersiapkan sejak seseorang masih remaja atau dewasa muda yaitu dengan melakukan komunikasi yang baik dengan keluarga dan sosial.
Dr Petrin dan dr Arya memberikan beberapa tips yang harus dipersiapkan untuk meningkatkan kualitas hidup orang tua atau lansia, yaitu:
  • Melakukan olahraga atau aktivitas jasmani yang rutin, misalnya dengan senam bersama (untuk melatih koordinasi) atau berjalan-jalan.
  • Program makan yang diatur, menyesuaikan komposisi makan dengan aktivitas dan kegiatan agar tidak berlebihan yang bisa memicu kegemukan (menjadi faktor risiko berbagai penyakit) dan juga tidak kekurangan.
  • Melakukan pemeriksaan berkala sejak berusia 40 tahun, terutama jika memiliki faktor risiko penyakit tertentu dari keluarganya.
  • Tetap melakukan aktivitas sosial, hal ini tidak hanya menguntungkan fisik tapi juga mental, seperti menimbulkan rasa gembira dan merangsang stimulus otak.
  • Menyadari bahwa lansia adalah fase yang harus dihadapi, sehingga seseorang lebih bisa menerima perubahan hidupnya serta mendekatkan antara realitas yang ada dengan harapan yang dimiliki.
  • Melakukan komunikasi inter generasi dan juga dengan tetangga atau sosial, ajaklah orang tua mengobrol dan mengenang masa lalu adalah hal yang sangat indah.
Semoga artikel diatas bermanfaat yah… jangan lupa sharenya juga guys, semoga bermanfaat juga buat yang lain

0 komentar:

Post a Comment